Banjir mengepung Kota Bandar Lampung. Air meluap ke mana-mana, dan bersama itu, kritik datang tak kalah deras. Nama Pj Gubernur Lampung, Samsudin, jadi sorotan utama. Banyak yang bertanya, "Ke mana dia? Kok malah ‘hilang’ di tengah bencana sebesar ini?"

Jujur aja, gwaa sempat ikutan mikir, "Iya juga sih, kenapa nggak turun langsung? Harusnya, sebagai pemimpin, ini waktunya dia unjuk gigi, bantu warganya." Dalam hati gwaa sempat kesal, “Ini kenapa, pas masa jabatan hampir selesai malah kelihatan acuh?”  

Tapi, seperti kata pepatah: jangan menilai buku dari sampulnya. Setelah cari informasi ke sana-sini, gwaa justru dibuat tercengang. Samsudin ternyata bukan cuma turun ke lapangan, tapi juga memilih bekerja dalam sunyi. 

Ia sengaja menghindari sorotan media dan memilih langsung bertemu orang-orang yang dianggapnya penting untuk menyelesaikan masalah. Salah satunya yaaa, Walikota Bandar Lampung, Eva Dwiana. Sayangnya, rencana itu terhambat karena sosok Eva yang entah ada di mana saat itu.  

Setelah melakukan turun langsung ke wilayah banjir, akhirnya, Samsudin memilih jalan sendiri. Daripada sibuk mencari yang tak ada, ia mengambil langkah besar: Operasi Modifikasi Cuaca (OMC). 

Teknologi ini pertama kali diterapkan di Lampung. Tujuannya sederhana, tapi penuh harapan: mengatur hujan supaya nggak lagi salah sasaran dan menambah daftar panjang bencana banjir di musim penghujan.  

Sekali lagi Gwaa dibuat tercengang. Selalu ada hal baru dan beda ketika ia memimpin. Dari sini, gwaa belajar satu hal. 

Kadang, pemimpin yang terlihat “hilang” bukan berarti nggak peduli. Mungkin dia sedang sibuk memikirkan solusi, bukan sekadar tampil di depan kamera. (Luki)